Suatu ketika saya berjumpa dengan
pepatah dalam Bahasa Inggris yang berbunyi, “The road to hell is paved with good intentions”. Pepatah tersebut
jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia artinya adalah ‘jalan ke neraka
disusun oleh niat baik’.
Pepatah itu menawan saya. Setelah
perjumpaan dengannya, ada saat-saat di mana saya mengingatnya kembali,
memikirkannya, dan mengatakannya di dalam hati. Dengan suatu cara, pepatah itu
menjadi penghiburan untuk saya.
Sejak perjumpaan pertama, saya sudah
mengetahui arti pepatah itu dalam Bahasa Indonesia. Namun, karena menawan, saya
pun mencari tahu maknanya. Dari pencarian itu, saya menemukan bahwa pepatah itu
memiliki banyak makna. Dari sekian banyak, makna pepatah itu kiranya dapat
dikelompokkan menjadi empat makna yang cukup berbeda.
Makna pertama, orang sangat mudah untuk
mengatakan niat baik, tetapi sering kali gagal menyatakan - membuat jadi nyata
- niat itu. Di sini, kegagalan itu dikarenakan suatu niat memang tidak
dilaksanakan, entah karena seseorang dengan mudahnya mengatakan suatu niat
tetapi malas menjalankannya, ataupun karena orang itu lemah di hadapan berbagai
godaan yang membuatnya tidak jadi menjalankan niatnya. Contohnya, seseorang
berniat membantu keuangan saudaranya yang sedang berkesusahan. Namun, ketika
uang sudah didapat, ia justru menggunakannya untuk memanjakan anaknya, dan
tidak jadi membantu saudaranya. Kita dapat mengatakan, “The road to hell is paved with good intentions”, dalam pengertian
‘niat baik itu tidak ada artinya jika tidak dilaksanakan’.
Makna kedua, niat baik itu bisa
mendatangkan hasil yang buruk. Di sini, niatnya memang baik, niat itu pun sudah
dilaksanakan, tetapi hasilnya justru berbeda bahkan bertolak belakang dari apa
yang diniatkan, yaitu keburukan. Orang yang berniat biasanya membela diri
dengan mengatakan, “Niatnya kan tidak begini (seperti hasilnya), niatnya kan
baik”. Sebenarnya orang itu tidak dapat dengan mudah membela diri atas dasar
‘yang penting niatnya baik’. Jika hasilnya adalah keburukan, pasti ada
kesalahan dalam pelaksanaannya, bisa karena kurangnya pengetahuan atau
kemampuan untuk mencapai apa yang diniatkan, bisa karena setengah hati dalam
melaksanakannya, bisa juga karena hal yang lain. Contohnya, seseorang yang
berniat untuk meringankan beban temannya, tetapi apa yang dilakukan untuk
mencapai niat itu justru menambah beban temannya itu. Kita dapat mengatakan, “The road to hell is paved with good
intentions”, dalam pengertian ‘langkah-langkah buruk menuju petaka bisa
dimulai dari niat yang baik’.
Makna ketiga, atas dasar niat baik,
seseorang bisa melakukan hal yang jahat. Hal ini bisa terjadi karena, apa yang
diniatkan sesungguhnya bukanlah kebaikan, tetapi hanya diyakini sebagai baik
oleh orang yang meniatkannya. Bisa juga, apa yang diniatkan memang baik, tetapi
orang yang meniatkannya beranggapan bahwa niat itu boleh dicapai dengan
melakukan kejahatan. Contohnya, seseorang yang berniat menyekolahkan anaknya di
sekolah yang bagus, tetapi hal tersebut dicapai dengan mengambil apa yang bukan
haknya. Kita dapat mengatakan, “The road
to hell is paved with good intentions”, dalam pengertian ‘kejahatan memang
bisa dilakukan atas dasar niat yang baik’.
Makna keempat, (ujaran) niat baik bisa
digunakan untuk menutupi perbuatan jahat. Di sini, seseorang sesungguhnya
niatnya memang jahat, ia pun melakukan niatnya itu, tetapi untuk menutupi atau
mendapatkan persetujuan atas apa yang dilakukannya itu ia mengatakan suatu niat
baik. Contohnya, seseorang tinggal bersama bibinya dan mengatakan, “Saya
bermaksud mengurus bibi saya yang sudah tua”, tetapi sesungguhnya apa yang
diniatkan dan kemudian dilakukannya adalah menguras harta wanita tua malang
itu. Kita dapat mengatakan, “The road to
hell is paved with good intentions”, dalam pengertian ‘perbuatan-perbuatan
jahat yang dapat membawa seseorang ke neraka sering kali ditutupi oleh niat
baik’.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar